Sabtu, 17 Mei 2008

Semburan Karbon Dioksida dari Planet Mars...

Planet Merah, Mars, senantiasa menarik minat umat manusia. Sejak kedekatannya dengan Bumi pada tahun 2003, kedatangan Planet Mars seakan senantiasa dinanti. Akankah oposisi Mars berulang kembali tahun ini?

Ketertarikan minat manusia akan Planet Mars senantiasa berkembang hingga saat ini. Dulu kala, warna merah Planet Mars merupakan misteri dan dipercaya sebagai pertanda bencana yang bakal terjadi. Terlebih ketika warna merahnya semakin kentara seiring dengan berubahnya arah gerak Planet Mars akibat posisinya yang semakin dekat dengan Bumi.

Penemuan pola "saluran" di permukaan Mars memunculkan beragam spekulasi akan keberadaan makhluk hidup di Planet Merah tersebut. Hal ini menjadikan beragam film fiksi akan adanya kehidupan di Mars mulai bermunculan.

Mars, yang berada pada jarak ~1,5 au dari Matahari (1,5 kali jarak Bumi-Matahari) memerlukan waktu 686,98 hari untuk mengorbit Matahari. Lama kala revolusi tersebut yang menyebabkan Mars akan beroposisi dengan Matahari dan mencapai jarak terdekatnya dengan Bumi setiap dua tahun sekali.

Sumbu orbitnya yang miring hingga 25 derajat (hampir sama dengan bumi 23,5 derajat) juga mengakibatkan terjadinya perubahan musim sebagaimana perubahan musim di Bumi. Perubahan musim inilah yang mengakibatkan terjadinya penyusutan tudung es di kutubnya.

Pada tanggal 28 Agustus 2003 Planet Mars telah mencapai jarak paling dekat dengan Bumi. Dengan menghitung secara kasar, dapat diperkirakan bahwa Mars beroposisi pada tahun 2005 dan 2007.

Dengan kata lain, tahun ini Mars tidak dapat diamati. Mars akan beroposisi kembali pada tahun 2007, tepatnya pada 28 Desember 2007. Pada saat itu pun ukuran Planet Mars hanya sebesar 15", jauh dibandingkan dengan ukurannya pada tahun 2003 yang mencapai 25,"5, atau hampir dua kali lipat. Di samping itu, posisinya juga tidak terlalu menguntungkan bagi pengamat yang tinggal di wilayah Indonesia.

Mars Odyssey

Meski Planet Mars tidak dapat disaksikan tahun ini, informasi baru berkenaan Planet Mars senantiasa diperoleh dari misi luar angkasa, seperti Mars Odyssey dan Mars Global Surveyor, yang dikirim ke planet yang pernah dicurigai berpenghuni tersebut.

Mars Odyssey merupakan salah satu program eksplorasi jangka panjang untuk Planet Mars. Misi yang diluncurkan pada 7 April 2001 dan mencapai Mars pada 24 Oktober 2001 itu dilengkapi dengan tiga peralatan yang dimuat pada tahun 2001 di Mars Odyssey. Salah satunya adalah sistem Pencitraan Emisi Termal (Thermal Emission Imaging System, Themis).

Salah satu yang menjadi misteri Mars adalah keberadaan noktah gelap di sekitar "kutub selatan"-nya. Kemunculan noktah gelap itu senantiasa beriringan dengan kemunculan pola "laba-laba" dan pola "kipas".

Keberadaan noktah-noktah gelap di sekitar kutub selatan planet tersebut pada mulanya dianggap sebagai daerah yang hangat. Akan tetapi, pengamatan dari kamera Odyssey yang menggunakan gelombang inframerah dan visual menunjukkan bahwa temperatur daerah tersebut sedingin karbon dioksida yang ada di kutub. Hal ini mengindikasikan bahwa daerah gelap itu merupakan lapisan tipis yang menutupi dan mengalami pendinginan oleh es di bawahnya.

Noktah gelap tersebut umumnya berukuran 15-40 meter, yang masing-masing berjarak beberapa puluh meter. Noktah gelap tersebut juga hanya muncul tatkala kutub selatan mengalami musim semi, yaitu tatkala Matahari melintas dekat daerah kutubnya. Noktah tersebut hanya bertahan dalam waktu beberapa bulan, kemudian hilang, dan baru muncul kembali tahun depan. Kemunculan noktah tersebut umumnya selalu di tempat yang sama dengan yang sebelumnya.

Untuk memahami bagaimana terjadinya lapisan tipis tersebut, sebuah tim yang dipimpin oleh Phil Christensen dari Universitas Arizona—menggunakan kamera Themis—mengumpulkan lebih dari 200 citra dari satu daerah tertentu, dari akhir musim dingin hingga pertengahan musim panas yang terjadi Mars.

Dari citra tersebut diketahui bahwa beberapa tempat menunjukkan ketiadaan noktah hingga 100 hari, tetapi kemudian muncul noktah dalam beberapa minggu. Meski demikian, pola noktah berbentuk seperti kipas belum dapat dikenali hingga beberapa minggu sejak noktah pertama muncul. Yang menjadi pertanyaan besar adalah keberadaan pola "laba-laba". Galur atau julur laba-laba tersebut terkikis di bawah permukaan es. Julur-julur tersebut berujung pada titik di bawah noktah.

Beberapa model fisis untuk menjelaskan proses noktah tersebut terbentuk telah dicari, di antaranya adalah proses semburan karbon dioksida yang terjadi ketika datangnya musim semi. Prosesnya diawali ketika musim dingin saat ketiadaan matahari mengakibatkan karbon dioksida menjadi beku dan membentuk lapisan setebal satu meter di atas permukaan es-air yang permanen. Di antara lapisan es-air dan karbon dioksida tersebut terdapat lapisan tipis yang terbentuk dari debu dan pasir.

Mars dan tantangan alam

Ketika musim semi datang, cahaya matahari melewati lapisan es karbon dioksida dan menghangatkan materi sehingga dapat mengakibatkan es yang berada di atasnya mengalami sublimasi menjadi gas.

Jauh sebelum itu terjadi, sumber gas yang terperangkap semakin besar mengangkat lempengan di atasnya, dan seketika pecah di titik yang rentan dan seolah menjadi sebuah lubang angin. Gas bertekanan tinggi kemudian menderu dengan kecepatan 161 kilometer per jam, bahkan lebih, melalui lubang yang terbentuk. Di bawah lempengan, gas tersebut mendesak ke arah lubang dan membawa partikel debu yang kemudian membentuk pola laba-laba.

Di antara planet yang lain, Mars merupakan planet yang paling banyak didatangi oleh wahana luar angkasa. Tidak kurang dari 40 wahana antariksa telah dikirim sejak tahun 1960-an untuk mengeksplorasi sang Dewa Perang tersebut.

Beragam penemuan yang dihasilkan senantiasa menimbulkan semangat dan obsesi baru untuk mengeksplorasi lebih jauh planet tersebut. Salah satu harapannya, kelak pada suatu saat nanti penemuan tersebut dapat dimanfaatkan bagi hajat hidup manusia.

Semoga Indonesia pada saatnya nanti dapat turut serta dalam mengeksplorasi luar angkasa. Angkasa luar merupakan salah satu harta pusaka bangsa ini yang belum digali bagi kemaslahatan masyarakatnya.